Sabtu, 15 November 2014

let's see what the future brings

Dulu sewaktu masih usia SD SMP sering berpikir bahwa "jadi orang dewasa itu enak, mau ngapain aja boleh, gak bakal ada yang ngelarang", ternyata itu cuma sebagian angan dari bocah sekolahan. Sekarang usiaku 23 tahun, aku mulai sedikit paham bagaimana rasanya menjadi orang dewasa. Terlalu banyak hal yang harus dipikirkan. Memang sebagian orang berkata usia itu sudah saatnya menikah dan sebagian lagi berpikir tunggulah sekitar 2 atau 3 tahun lagi jika memang ingin menikah supaya pikiranmu matang. Aku sendiri kadang berpikir, oke it's time to be a beautiful bride and a lovely wife, but sometimes I think "I'm still daddy's little girl". Lingkunganku menuntunku untuk segera mulai memikirkan soal pernikahan secara serius. Mereka tau aku bukan lagi jomblo, aku sudah menjalin hubungan (yang katanya serius) dengan seorang lelaki selama 2,5 tahun ini. Banyak hal yang sudah kami lewati bersama, keluargaku mulai menuntutku untuk segera berpikir serius, adakah rencanyanya untuk meminangku...? Pernah beberapa kali kami berdua membicarakan hal ini, entah karena usianya yang masih sebaya denganku sehingga dianggapnya belum usia matang untuk menikah bagi laki-laki. Memang tuntutan keluargaku maksimal 25 tahun aku harus sudah menikah, bukannya pikiran mereka kolot namun mereka memikirkan masa depanku. Keluarganya..? sekedar membicarakan serius tentang pernikahan kami saja belum ada, apalagi meminta. Aku yakin bahwa dia yang nantinya akan mewujudkan harapan keluargaku, aku benar-benar yakin dan sangat meyakini pada awalnya, tapi entah kenapa semakin aku yakini dan jalani, semakin aku ragu dengannya. Terus kami mencoba menjalani, justru aku tidak melihat niat dan kemauan besarnya untuk segera meminangku. Entah aku yang terlalu mendambakan sosok pasangan yang terlalu tinggi, namun bukankah memang kita harus mencari yang bisa menuntun kita kejalan yang benar dan lebih baik...? Dikatakan menyerah, iya aku menyerah untuk mencoba terus bertahan dan berusaha berjalan bersama. Menyesal..? TIDAK, karena setiap cerita ada pelajaran yang bisa kita ambil. Namun, kalau Allah memberi kesempatan untuk mengulang waktu, mungkin aku adalah orang pertama yang mengangkat tangan untuk diulang waktunya terlebih dahulu. Bukan untuk mencari yang lebih baik, namun berpikir dengan logika bukan dengan hati yang labil untuk memulai sebuah hubungan. Tapi cinta tidak pernah salah, bukan...? entah apa yang aku yakini ini memang jalan yang terbaik atau bukan, tapi yang pasti saya menyerah... Let's see what the future brings :)

Senin, 10 Maret 2014

touching my heart, I♥ you too tante

Ini pertama kalinya aku dibuat bercucur air mata didepan wanita yang nantinya (kalau jodoh) akan jadi mamaku juga nanti. Hari itu, Minggu 9 maret 2014, setelah ribut hebat dengan bebong (panggilan sayangku ke pacar)semalam, siang ini kami jumpa. Pertengkaran yang sebelumnya belum pernah terjadi, pertengkaran yang lumayan besar mengenai persepsi. Bebong berencana mengajakku menjenguk mamanya yang tengah sakit. Rupanya kami bersisian di jalan. Aku melihat dengan jelas tatapan Mama bebong, sangat lemah. Mama bebong hendak berangkat ke UGD. Jadilah aku menunggu kabar saja di rumah. Sore hari, kabar dari rumah sakit datang. Ardo dan aku memyusul dan tepat sekali jumpa dengan Mama bebong yang hendak dipindahkan ke Ruang rawat inap. Perbincangan kami dimulai. Saat itu di kamar hanya ada aku dan Mama bebong. Kita berkomunikasi tentang banyak hal. Tekanan darah tinggi yang diderita Mama bebong terlihat membuatnya terkapar lemas. Tiba-Tiba Mama bebong berkata "tante pingin sembuh, tante masi banyak tanggungan, tante pengen lihat kalian nikah" sedikit demi sedikit air mata Mama bebong mulai mengalir, aku yang tidak tega mulai menghibur, menyemangati dan meyakinkan bahwa tante akan segera pulih, tapi tetap aku tak kuasa menahan air mata yang tiba-tiba-tiba mengalir. Mama bebong terus melanjutkan ucapannya "tante sudah wanti-wanti Ardo,Tante tau mana yang tulus mana yang tidak tulus. jangan pernah sakiti Arta,mama sudah sayang sama arta" bukannya senyum merekah, justru tangisan makin deras yang bercucuran.aku pegang tangan Mama bebong untuk mengurangi kesedihannya. Entah kenapa kata-kata itu begitu membuat aku tersentuh. Ternyata seperti ini yang ada dihati beliau. Diperkenalkan aku kepada pasien lain sebagai calon menantunya. Mama bebong, segera pulih ya, tante janji kan pengen sembuh supaya bisa melihat hari bahagia kami nantinya.